10 Juni 2008

The Highest Building in Indonesia

Pengen tau mengenai gedung-gedung tertinggi di indonesia? Ini adalah 16 list gedung tertinggi di indonesia.
Wisma 46 - 250 meter - 1996
The Peak 1 & 2 - 219 meter - 2006
Ritz-Carlton - 212 meter -2005
Wisma Mulia - 195 meter - 2003
Menara Kadin Indonesia - 169 meter - 1997
Plaza BII Tower II - 160 m
First Capital Centre - 152 meter -1997
Taman Anggrek I - VII - 151 meter - 1998
Bona Vista Apartments - 147 meter - 1997
Gedung BRI II - 143 meter - 1991
Gedung BEJ I & II - 140 meter - 1995
National Monument - 137 meter
Bank Negara Indonesia - 136 meter - 1986
Menara Imperium - 134 meter - 1995
Wisma GKBI
Hotel Mulia Senayan - 127 meter - 1997

Menara Jakarta

Menara Jakarta adalah sebuah menara baru yang akan dibangun di ibu kota Jakarta, Indonesia, di area Bandar Baru Kemayoran. Menara ini setinggi 558 meter dan direncanakan akan selesai pada tahun 2010 atau 2011. Pada saat selesainya pembangunan, gedung ini akan masuk kedalam jajaran gedung-gedung tertinggi di dunia.
Daftar isi[
tampilkan]
1 Sejarah dan pembangunan saat ini
1.1 Sayembara desain (1996-1997)
1.2 Krisis ekonomi (1997)
1.3 Kelanjutan proyek Menara Jakarta (2003 hingga sekarang)
2 Visi pembangunan
3 Dimensi menara
3.1 Fasilitas
3.2 Fakta Lainnya
3.3 Biaya
4 Kontroversi
4.1 Kesenjangan sosial dan ekonomi
4.2 Gereja Bethany
5 Pranala luar
//

[sunting] Sejarah dan pembangunan saat ini
Menara Jakarta merupakan proyek besar yang dimulai pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto yang digagas sejak tahun 1995. Menara ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu gedung tertinggi di dunia.

[sunting] Sayembara desain (1996-1997)
Pembangunan menara itu pada awalnya dikembangkan oleh trio usahawan besar, yakni
Sudwikatmono, Prajogo Pangestu, dan Henry Pribadi, melalui PT Indocitra Graha Bawana. Biayanya diperkirakan sekitar 400 juta dollar AS (waktu itu masih sekitar Rp 900 miliar).
Semula, Menara Jakarta akan dibangun di area Kuningan, tetapi
Soerjadi Soedirdja, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, tidak setuju, dan mengusulkan untuk membangunnya di daerah Kemayoran yang pertumbuhannya masih sulit.
Perusahaan-perusahaan desain arsitektur kaliber internasional diundang berpartisipasi dalam sebuah sayembara desain arsitektur untuk gedung tersebut. Ketentuan sayembara tersebut adalah bahwa gedung tersebut harus mengandung lambang
Trilogi Pembangunan, Pancasila, dan 17 Agustus (hari kemerdekaan Republik Indonesia). Desain dan maket menara itu diperlihatkan kepada Mensesneg (waktu itu) Moerdiono selaku Ketua Badan Pengelola dan Pengembangan Bandar Baru Kemayoran di Sekretariat Negara.
Pada tahun
1996, Sayembara tersebut dimenangkan oleh Murphi/Iohn dari Amerika Serikat. Hanya saja, karena desain ini terlalu mahal untuk dikembangkan, maka pemerintah memilih desain dari pemenang kedua yakni East Chine Architecture Design & Research Institute (ECADI), yang juga membangun Shanghai Oriental Pearl Tower di China. Desain ECADI ini dipilih karena para juri menganggap desainnya sederhana dan masih bernuansa Asia.
Peresmian pembangunan dilakukan pada tahun 1997 oleh Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja dan Mensesneg Moerdiono setelah disetujui oleh Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta. Presiden Soeharto mengusulkan agar nama Menara Jakarta diganti menjadi Menara Trilogi.
Pembangunan Menara Trilogi mulai dilaksanakan tahun
1997. Karena anggaran membesar, pengembang mulai mencari suntikan dana dari investor asing. Total dana yang dibutuhkan menjadi sekitar 560 juta dollar AS (waktu itu sekitar Rp 1,2 triliun). Pihak asing ditargetkan memiliki sebagian saham dan sebagian lagi dimiliki pengembang dalam negeri.

[sunting] Krisis ekonomi (1997)
Ketika terjadi krisis ekonomi di Asia pada tahun
1997, industri properti Indonesia pun jatuh sehingga banyak sekali proyek konstruksi yang ditunda maupun dibatalkan, termasuk Menara Trilogi. Dengan dihentikannya pembangunan Menara ini, beton-beton yang sudah ditanam dibiarkan mangkak dan area tersebut menjadi genangan air yang luas.

[sunting] Kelanjutan proyek Menara Jakarta (2003 hingga sekarang)
Setelah perekonomian Indonesia mulai bangkit kembali, Pemerintah Jakarta tetap akan meneruskan pembangunan Menara tersebut dengan kembali menyebut nama Menara Jakarta. Menara Jakarta pun dilanjutkan pada tahun
2003 melalui sebuah konsorsium baru, yakni PT Persada Japa Pamudja (PJP) yang terdiri dari para pengusaha besar nasional.
Peresmian pembangunan menara yang diproyeksikan menjadi menara tertinggi di dunia itu dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg)
Bambang Kesowo dan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 15 April 2004.
Menurut Presiden Komisaris PT Prasada Japa Pamudja (pengembang sekarang dari Menara Jakarta), yakni
Abraham Alex Tanuseputra, Menara ini akan menjadi proyek besar dan merupakan eksistensi untuk menunjukkan kemampuan dan peradaban bangsa Indonesia guna mampu sejajar dengan bangsa lainnya di dunia, serta dibangun oleh putra putri bangsa Indonesia.
Pembangunan menara akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama pembangunan ruang podium 17 lantai yang direncanakan selesai pada tahun 2008/2009. Bagian kedua adalah pembangunan tower yang diprediksikan akan selesai pada tahun 2010-2011.

[sunting] Visi pembangunan
Direktur Proyek Menara Jakarta, Roesdiman Soegiarso mengatakan, visi pembangunan Menara Jakarta adalah "Sentra Gaya Hidup".
Menurutnya, "Sentra Gaya Hidup" merupakan impian dan konsep Menara Jakarta yang mengedepankan sebagai tempat yang memberi semangat hidup, pengembangan dan pusat teknologi, hiburan, pendidikan pariwisata dan perdagangan untuk menghadapi abad ke-21.

[sunting] Dimensi menara

Menara Jakarta
Menara Jakarta akan dibangun di area seluas 306.810 meter persegi. Gedungnya sendiri akan seluas 40.550 meter persegi dengan tinggi 558 meter.
Seperti desain awalnya pada tahun 1997, dalam pembangunan yang baru ini, menara tetap memiliki tiga kaki yang akan menjulang hingga ketinggian 500 meter. Masing-masing kaki berbentuk silinder, berdiameter 13,2 meter. Dua di antaranya berisi masing-masing tiga lift dengan kecepatan 7 meter per detik. Kaki ketiga berisi delapan lift khusus untuk pengunjung. Pada gedung ini terdapat 10 unit elevator/lift.
Selain itu, pada bagian bawahnya, menara itu diikat lagi dengan cincin beton berdiameter 40 meter dengan tinggi 15 meter. Untuk lebih menstabilkannya, menara tertancap dengan fondasi berdiameter 80 meter sampai kedalaman 58 meter di bawah tanah.
Menurut pengembang, Menara Jakarta akan menyerap 20.000 lebih tenaga kerja selama pembangunan, dan lebih dari 40.000 tenaga kerja setelah gedung difungsikan.

[sunting] Fasilitas
Menara Jakarta rencananya akan dilengkapi dengan fasilitas:
Tempat parkir seluas 144.000 meter persegi
Gedung podium setinggi 17 lantai.
Lift yang mencapai puncak menara
Restoran berputar
Mal besar
Kafe
Taman hiburan
Museum sejarah Indonesia
Hotel
Ruang serba guna/konferensi yang bisa menampung sepuluh ribu pengunjung
Ruang-ruang perkantoran seluas 8.000 meter persegi
Pusat pameran
Pusat pendidikan dan pelatihan
Pusat multimedia disertai pemancar siaran radio dan televisi
Pusat perdagangan dan bisnis
Pusat olah raga
Diperkirakan, sebanyak 4-6 juta pengunjung setiap tahunnya akan mengunjungi Menara Jakarta.

[sunting] Fakta Lainnya
Jika menara itu selesai dikerjakan tahun 2010 atau 2011, dengan ketinggian 558 meter, ia akan menjadi bangunan menara (namun bukan gedung) tertinggi di dunia, mengalahkan ketinggian:
Canadian National Tower (553 meter), Toronto, Kanada
Menara Ostankino (540 meter), Moskwa, Rusia
Oriental Pearl Tower (468 meter), Shanghai, China, dan
Menara Kembar Petronas (452 meter), Kuala Lumpur, Malaysia
Sebagai pembanding, tinggi
Tugu Monas Jakarta hanya 137 meter. Dengan demikian, Menara Jakarta akan memiliki tinggi sekitar 4 kali tinggi Tugu Monas.
Setelah melewati seluruh masa pembangunannya, Menara Jakarta akan menjadi gedung tertinggi di belahan bumi bagian selatan. Rekor ini saat ini dipegang oleh gedung residensial Q1 dengan ketinggian 344 meter yang terletak di
Surfers Paradise, Gold Coast, Australia.

[sunting] Biaya
Biaya pembangunan megaproyek ini diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,4 triliun pada awalnya dan membengkak menjadi hampir Rp 2,7 triliun setelah kenaikan harga baja dunia.
Menurut direktur PT Prasada Japa Pamudja, Ferry Sangeroki, pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini adalah "lebih dari seratus perusahaan dan individu". Ia mengatakan bahwa proyek tersebut dibiayai melalui tiga jalur: partisipasi modal (Rp 400 miliar), pinjaman sindikasi (Rp 600-800 miliar), dan penjualan pra-proyek (sekitar Rp 1,3 triliun).